Minggu, 12 Juli 2015

*..Apakah Kau Melihatku(3)..*

"Haruskah ini menjadi yang terakhir?" tanyaku, lebih kepada diriku sendiri..


Jujur. Selama ini aku tahu ia sedang mengikutiku. Aku menyukai caranya mengikutiku diam-diam. Mengintipku dari balik tembok tebal miliknya secara perlahan. Memperhatikanku dari balik jeruji besi di seberang jalan. Seluruh perhatian kecil darinya yang membuatku merasa diistimewakan. Aku menyukai dirinya berjalan dengan langkah seringan awan di belakangku, seolah-olah ia tidak memiliki beban dalam hidupnya, seolah-olah ia ingin menjadi bayangan kedua dalam hidupku..


Aku selalu suka caranya menatapku dari kejauhan. Bola mata sepekat jelaga miliknya akan selalu menatap tajam dan aku selalu menyukai bagaimana benda itu menenggelamkanku dalam pesonanya yang kuat. Tentu saja aku tak mau repot-repot untuk keluar dari pesonanya itu. Singkat saja, aku menyukainya. Membayangkan caranya tersenyum di balik tembok itu benar-benar meruntuhkan pertahananku..


Ya. Aku tahu bahwa ia sedang memperhatikanku, menatapku, dan terlebih ia menyukaiku. Hanya saja aku memang pura-pura tidak tahu. Sayangnya aku terlampau bodoh untuk mengatakan bahwa aku juga menyukainya. Namun aku tahu konsekuensi dari menyukai seseorang adalah rela untuk ditinggalkan. Dan aku bukanlah tipe orang yang suka ditinggalkan, dan ditinggalkan oleh seorang yang kusukai untuk selama-lamanya bukanlah tujuan hidupku yang utama. Aku bersyukur bahwa orang ini juga menyukaiku namun aku tidak bersyukur karena ia akan pergi sebentar lagi. Mengurangi intensitas dirinya muncul di hadapanku dan tentu saja menambah jarak yang terbentang di antara kami adalah satu-satunya cara agar aku tidak terlalu bersedih saat hari itu tiba, hari di mana ia benar-benar harus menghilang dari jarak pandangku..


Katakan aku egois, karena memang begitu kenyataannya. Aku hanya memikirkan perasaanku sendiri, memikirkan bagaimana caranya agar aku masih punya semangat untuk melanjutkan hidupku nanti tanpa memikirkan apa yang akan ia lakukan untuk melanjutkan hidupnya tanpa aku di sampingnya. Namun lebih dari itu, di antara semua hal yang kuinginkan di dunia ini, aku hanya ingin ia terus berada di sisiku, menjadikanku satu-satunya matahari dalam tata suryanya, menjadi orang pertama yang ia lihat di pagi hari dan tentu saja menjadi ratu dalam istana yang akan ia bangun nanti. Seperti yang pernah ia janjikan tempo hari..


Dan hari itu akhirnya tiba, hari perpisahan. Aku melihatnya dan ia melihatku. Tak ada lagi tembok tebal yang memisahkan. Kami berdua terdiam. Membiarkan hening mengambil alih di antara kami berdua. Ia terlihat menghela napas. Apapun itu, aku tahu ia frustasi..


"Bagaimana kalau aku berhenti mengejarmu?" Apa? Telingaku pasti bermasalah..


"Aku akan berhenti mengejarmu, tapi aku tidak akan berhenti menyukaimu." Ia diam sebentar. Entahlah, namun sepertinya ia sedang menunggu reaksiku..


"Melihatmu mengabaikanku terus-menerus seperti ini jelas menyulitkanku. Aku akan segera pergi, kau tahu itu."


"Terserah kau saja." Ujarku dingin. Jujur, aku ingin mengutuk diriku sendiri. Mengapa aku tidak bisa sedikit saja bersikap manis pada orang ini? Mengapa aku tidak bisa sedikit saja membahagiakan orang yang kucintai ini? Tidak ada yang lebih menyakitkan dibandingkan melihat wajahnya yang terluka itu dan akulah yang membuatnya terlihat seperti itu..


"Aku tahu ini pasti terjadi. Saat-saat di mana aku harus melepasmu dan berhenti mengejarmu."


Ia tersenyum singkat. Dan tubuh kecilnya kini benar-benar berbalik membelakangiku. Ia tidak pernah tahu ada sesuatu yang memberontak di dalam tubuhku ketika melihat punggungnya yang mulai menjauh. Ia tidak pernah tahu betapa aku ingin berlari menyusulnya, memeluk tubuhnya dari belakang dan mengatakan padanya bahwa aku tidak ingin dia pergi dari hadapanku barang sejengkal pun..


Tapi nyatanya aku hanya diam di tempatku dan membiarkannya pergi. Kulihat ia terus menjauh, dan tiba-tiba berhenti di sebuah persimpangan jalan. Sepasang mata hitam itu menatap lurus-lurus ke arahku. Hadiah yang indah dari Tuhan sebelum kepergiannya, sekali lagi membiarkan kepalaku merekam setiap inci sosok sempurna itu dalam ingatanku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Hanya manusia biasa. Tak memiliki hal istimewa ataupun yang di istimewakan..