Ada pepatah yang mengatakan bahwa "Harapan tak selalu menjadi kenyataan."
Ya. Dan hari ini aku harus kembali mencerna kata-kata itu
sekali lagi dalam hati. Mengetahui maknanya lebih dalam untuk memahami
maksud sebenarnya..
Dulu aku pikir harapan
itu adalah harapan. Sesuatu yang menjadi alasan dan dasar kita untuk
tetap hidup, tetap berusaha, dan tetap yakin untuk mewujudkannya menjadi
nyata. Tapi jika harapan tak selalu menjadi kenyataan, lalu apa yang
salah? Apa karena usaha kita tak sungguh-sungguh untuk mewujudkannya?
Atau karena kita tak pernah benar-benar tahu perbedaan antara harapan
dan kenyataan itu sendiri? Ya kita memang tidak pernah tahu, kita hanya
bisa menebak-nebak bahwa harapan yang sedang kita pegang dengan kuat
akan berbuah menjadi sebuah kenyataan yang akan semesta berikan sebagai
imbalan. Padahal kita sendiri tahu terlalu kuat kita memegang sesuatu,
maka terlalu cepat kita akan menghancurkannya. Bukankah itu pernah
diajarkan dimasa sekolah dulu? Lalu untuk apa? Untuk apa
mempertahankannya jika itu akan menghancurkannya..?
Seorang
teman pernah bilang "Jangan terlalu berharap jika tak ingin terlalu
kecewa, jika tak ingin kecewa maka janganlah berharap." Hei! Apa ia
sadar apa yang telah ia katakan? Bukankah sudah kubilang bahwa harapan
adalah alasan kita untuk tetap hidup, jika ia menyuruhku untuk tak
mempunyai harapan itu sama saja ia menyuruhku untuk mati. Mungkin ia
mengatakannya dengan harapan agar aku tak terlalu kecewa, tapi ketika
aku tak menghiraukan kata-katanya apakah aku telah mengecewakan
harapannya? Tidak juga kan..?
Pada
akhirnya aku terjebak dalam sebuah lingkaran pemahaman yang tak
berujung. Tentang harapan, kenyataan, dan kekecewaan yang hari ini aku
rasakan. Hanya karena sebuah harapan yang berbeda dengan kenyataannya,
hari ini aku berhasil mengecewakan seseorang. Oh, tidak. Mungkin lebih
tepat jika aku mengatakan aku telah mengecewakan dua orang. Ya, dia dan
diriku sendiri..
Rasanya seperti ada
perasaan bersalah yang entah harus ditujukan pada siapa. Entahlah, aku
bingung terlalu banyak yang dikecewakan disini. Mungkin kau akan bilang
"Maafkanlah dirimu lalu setelah itu minta maaflah padanya." Dan
percayalah itu sudah kucoba. Sepanjang jalan itu aku memikirkan seribu
macam cara untuk memaafkan diriku, dan satu juta cara untuk meminta maaf
padanya. Tapi memang dasarnya aku, aku memang terlahir pandai untuk
berpikir, tapi untuk mengatakan dan melakukannya mungkin aku masih
tergolong idiot..
Rasa bersalah yang aku
rasakan hari ini ternyata masih kalah dari rasa lain yang lebih kuat.
Rasa peduli. Aku tahu ini bukan waktu yang tepat untuk minta maaf, ini
sudah malam, terlalu dingin. Udara dingin tak baik untuk tubuh kecilnya
yang rapuh. Aku tahu apa yang ada di benaknya saat itu. Ia ingin cepat
pulang, ia ingin cepat sampai, ia ingin berada di tengah suasana yang
hangat dan akrab. Bukan disini! Di tengah-tengah cuaca dingin yang
membeku, dan bisu..
Jujur sepertinya aku
telah menaruh terlalu banyak harapan padanya, hingga terlalu banyak
kecewa yang harus tercipta. Dan sepertinya aku juga butuh banyak waktu
untuk meminta maaf padanya, tapi masihkah ada waktu yang ia berikan
untuk mendengarkan sekali lagi maafku sementara waktu yang aku punya
untuknya selalu berujung kecewa? Aku tak tahu harus bagaimana dengan
keadaan ini, sementara mendekat hanya akan mengantarkan luka dan menjauh
hanya akan meninggalkan pahit. Entahlah, aku merasa aku terlalu
mengecewakan baginya, tak seperti harapan yang ia punya untukku.
Sepertinya kita berdua terlalu salah membungkus harapan itu terlalu
indah disana, tanpa kita tahu kecewa menjadi sesuatu yang ada di
dalamnya..
"Maaf jika aku telah
mengecewakanmu, maaf jika aku tak seperti yang kamu mau, maaf jika aku
tak baik untukmu. Maaf jika selama bersamaku kamu tak menemukan sesuatu
yang selama ini kamu cari.."
Untuk dia dan aku..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar