Senin, 25 Mei 2015
*..Secangkir Kopi Rasa Kenangan..*
Sebenarnya hari ini aku malas untuk menulis. Sungguh! Rasanya tubuh ini sudah tak sanggup lagi untuk menahan rasa kantuk dan lelah yang mulai datang. Aku ingin cepat pulang. Ah sial, aku lupa dengan masalah yang ada di gang depan. Baiklah aku mempunyai sebuah rencana, biar kulemparkan saja tulang-tulang yang ada pada tubuh ini pada anjing-anjing yang menunggu disana, biarkan mereka membawanya, memainkannya. Dan biarkan seonggok daging ini merangkak pelan menuju tempat tujuan, tidak begitu jauh namun tidak juga begitu dekat seperti yang terlihat. Hanya saja mungkin butuh waktu yang lama untuk sampai. Ya, aku ingin cepat pulang...
*..Filosofi Cokelat..*
Belakangan ini aku mempunyai kebiasaan baru. Bukan. Bukan tentang kebiasaanku mengambil potret dirinya secara diam-diam, lalu kugambar ulang potretnya di atas kertas. Dan kalau sedang ada waktu luang akan kubingkai gambarnya dan kupajang di dekat jendela kamar. Sambil melihat matahari tenggelam dengan gambarnya yang ada di sampingku, itu sedikit membuatku nyaman. Lalu kenapa aku tidak memakai potret aslinya saja? Kenapa aku harus susah-susah menggambarnya? Tidak. Aku tak enak padanya. Bukankah aku mengambilnya secara diam-diam, mungkin ia akan marah jika aku memakai potretnya tanpa izin. Jadi lebih baik memakai gambarnya saja kan? Meskipun katanya itu sama saja tapi bagiku itu berbeda. Mengambil sesuatu tanpa izin memang dilarang oleh Semesta, tapi bukankah tak ada yang melarang untuk menggambar keindahan hasil ciptaan-Nya. Dan bagiku dia itu adalah salah satu keindahan yang ada di dunia...
*..Kepercayaan Yang Ia Hancurkan..*
Hei, apa kabarmu hati? Masihkah kau nyaman tinggal disini? Ataukah kau mau berpindah lagi? Aku tahu ruang yang kuberikan terlalu sempit untukmu. Terlalu pengap dan sempit disini. Tapi, sudahlah lupakan niatmu. Tetaplah tinggal disini karena ada kabar gembira yang ingin kubagi denganmu. Ya, sudah kuputuskan untuk membuang sesuatu yang menyesakkan tempatmu itu..
*..Sebuah Persimpangan Jalan..*
Dalam setiap perjalanan hidup seseorang. Entah siapapun kita ataupun dimanapun kita berada, kelak kita akan menemukan sebuah kesamaan. Bahwa ada masanya kita harus berhenti. Entah itu karena kelelahan atau karena memang kita berada di sebuah persimpangan jalan. Dan bahkan perkara menentukan langkah saja menjadi hal rumit saat dewasa, padahal waktu kecil kita begitu semangat lari ke sana ke mari tanpa peduli pada apa yang namanya jatuh..
*..Karena Malam Telah Datang..*
Kepada senja yang pernah menertawakan air mata,
kusampaikan maaf karena aku harus beranjak. Bukan karena tak setia, tapi
karena matahari sudah tenggelam. Apakah aku harus tetap menunggu sampai
detik terakhir, sampai senja berakhir lagi seperti kemarin-kemarin?
Menolak lagi hadirnya sang malam. Meski nyatanya yang aku tunggu tak
pernah datang..
Langganan:
Postingan (Atom)
Mengenai Saya
- Budi Santika
- Hanya manusia biasa. Tak memiliki hal istimewa ataupun yang di istimewakan..