Senin, 25 Mei 2015

*..Kepercayaan Yang Ia Hancurkan..*

kepercayaan yang hancur


Hei, apa kabarmu hati? Masihkah kau nyaman tinggal disini? Ataukah kau mau berpindah lagi? Aku tahu ruang yang kuberikan terlalu sempit untukmu. Terlalu pengap dan sempit disini. Tapi, sudahlah lupakan niatmu. Tetaplah tinggal disini karena ada kabar gembira yang ingin kubagi denganmu. Ya, sudah kuputuskan untuk membuang sesuatu yang menyesakkan tempatmu itu..



Jangan senang dulu hati, karena yang ingin kubuang bukanlah tumpukan kenangan-kenangan tentang seseorang di masa lalu. Biarkan semua itu tersimpan rapi dalam laci. Jangan lupa kau kunci ya! Aku tak mau kenangan-kenangan itu berserakan dan berceceran. Simpan saja, siapa tahu nanti akan tiba waktu yang tepat untukmu. Sekedar untuk mengingat. Bukankah kita memang lebih suka mengingat daripada melupakan? Baik itu kebaikan ataupun keburukan seseorang..

Kembali ke perkara sesuatu yang ingin kubuang. Sesuatu yang dulu pernah aku titipkan padamu. Sesuatu yang dulu pernah kau jaga untukku. Bukan! Ini semua bukan karena salahmu hati. Aku tahu kau menjaganya dengan baik. Aku tahu kau selalu dapat aku andalkan. Tapi sayang, kau terlalu memanjakannya hingga sesuatu itu tumbuh menjadi lebih besar dari yang semestinya. Dan lihat apa yang telah ia lakukan, sekarang ia memenuhi tempatmu. Membuatmu sesak membuatmu tak bisa bergerak..
 
Hati kau sungguh sangat baik, kau masih bilang tak apa ketika sesuatu itu merebut tempatmu. Membuatmu tersudut di ruang sempit yang kuberikan, terlebih karena kau masih harus berbagi tempatmu itu dengannya. Sungguh aku tak tega hati, sungguh aku tak mau terus melihatmu sesak seperti ini. Kau tahu, kau adalah milikku. Sedangkan sesuatu itu adalah miliknya yang ia titipkan padaku. Tapi aku malah menitipkannya padamu. Aku bodoh ya? Melepas tanggung jawab begitu saja dan membiarkanmu yang menanggung semuanya..
 
Tapi tenanglah hati, karena itu semua sudah takkan terjadi lagi. Ia sudah mengabaikannya. Ia sudah mengacuhkannya. Seseorang yang memberikan kepercayaan itu sudah menghancurkannya. Ya, kepercayaan yang ia titipkan, kepercayaan yang tumbuh mengakar di ruang sesakmu sudah tak lagi ada. Yang ada hanya sisa. Dan tak ada yang bisa di selamatkan dari sisa..
 
Kepercayaan itu bukanlah kumpulan puzzle yang jika di hancurkan bisa kita bangun ulang kembali. Kepercayaan itu seperti sebuah cermin yang jika dihancurkan takkan bisa kembali seperti semula. Apa kita bisa melihat semua masih utuh di depan cermin yang sudah retak? Tidak bukan..?

1 komentar:

  1. Semua berita yang ada di website anda sangat menarik perhatian untuk di simak, salam sehat. . . !! Semoga beritanya dapat bermanfaat! share ya gan, thanks nih!!

    BalasHapus

Mengenai Saya

Foto saya
Hanya manusia biasa. Tak memiliki hal istimewa ataupun yang di istimewakan..