Minggu, 05 April 2020

*..Percakapan Terakhir..*


Majalengka, 20 Maret 2017


"Sudah lama?"

"Ya, lumayan. Sampai rambutku mulai beruban karena menunggu kamu"

"Gak lucu. Hmmm itu? Kenapa kamu menutupi mulutmu dengan sapu tangan?"

"Oh ini, tak apa cuaca dingin belakangan ini jadi aku sedikit kena flu dan batuk. Aku akan menyimpannya jika itu membuatmu tak nyaman. Nah sudah"

"Maaf, sepagi ini tapi sudah mengajakmu bertemu disini"

"Tak apa, lagipula ini juga tak terlalu pagi hanya saja cuacanya sedang mendung, jadi terlihat masih pagi buat sebagian orang. Jadi ada apa?" 

"Tak apa"

"Oh ya ngomong-ngomong kau sudah sarapan? Kudengar ada kios yang baru buka disana. Jika mau kita bisa coba pesan beberapa makanan"

"Hmmm tak usah, terimakasih. Lagipula aku mengajakmu bertemu disini untuk....." 

"Untuk?" 

"Untuk.... Oh ya bagaimana proses pembuatan novelmu itu. Apakah berjalan baik?“

"Tidak, malah memburuk. Aku terhenti di tengah cerita karena masalah pengembangan karakternya hingga bingung menentukan endingnya akan seperti apa. Maaf, padahal aku pernah berjanji kalau kau orang pertama yang akan membaca karya pertamaku" 

"Iya benar. Dulu kau pernah berjanji" 

Hening............



"Jadi?" 

"Jadi?" 

"Ayolah kau mengajakku bertemu kesini ada apa? Bukan untuk menagih janji konyol tentang novel tadi kan? " 

"Hmmm aku tak tahu harus mengatakan apa padamu" 

"Apa kau mengajakku bertemu karena dia?"

".................." 

"Kemarin dia menghubungiku, dan dia bilang aku tak boleh dekat denganmu lagi" 

"Lalu apa jawabanmu?" 

"Tentu saja aku bilang baik tidak masalah, lagipula selama ini kita tak pernah benar-benar dekat kan?" 

"...... Kamu jahat!" 

"Iya aku tahu. Semua pria terlihat jahat di depan wanita"

"Kenapa? Kenapa kamu dengan mudahnya bilang begitu. Apa aku sama sekali tak ada artinya bagimu?

"Lalu apakah aku salah?"

"Tentu saja!" 

"Dimana salahnya?" 

"Karena aku tak ingin kamu menjauhiku. Karena aku... Karena aku mencintaimu. Kamu pasti tahu itu kan?"

Hening......



"Sudahlah hentikan, jangan bercanda seperti ini" 

"Aku serius! Aku benar-benar mencintaimu"

"Atas dasar apa kau mencintaiku? Bukankah kedekatan kita hanya sebatas teman biasa?"

"Mungkin kau hanya menganggapnya seperti itu, tapi semenjak dekat denganmu aku merasakan kenyamanan yang tak pernah kutemukan pada orang lain. Entah kenapa bersamamu aku bisa tenang dan menjadi diriku sendiri. Itu sudah cukup menjadi alasan buatku tak ingin kau jauh dariku"

"Naif sekali. Mungkin saja kau salah mengartikan perasaanmu sendiri. Mungkin saja kau hanya bosan dengan hubunganmu dan menjadikanku pelarian selama ini" 

"Apa?" 

"Lalu bagaimana dengan dia yang mencintaimu? Dia mengatakan hal yang sama seperti yang kamu katakan barusan padaku kan?" 

"Iya, tapi.."

"Dan dia orang pertama yang mencintaimu dan kau cintai kan?"

"................." 

"Apa semua komitmen orang yang dulunya mencintai bisa goyah semudah ini?" 

"Kamu jahat. Benar-benar jahat"

"Iya, aku tahu. Kamu mengatakannya tadi"

"Kamu tahu kan, aku ini seorang wanita. Tak mudah bagiku untuk mencintai seseorang. Lalu setelah aku merendahkan diri untuk mengakui itu padamu kau buat aku menjadi tokoh antagonis yang tak bisa menghargai kesetiaan disini"

"Bukan begitu. Maaf. Sudahlah hapus air matamu. Maaf sudah bicara seperti itu. Mungkin kata-kataku sudah keterlaluan tadi"

"....................."

"Maafkan aku. Tapi rasanya tidak adil bagi dia yang pertama mencintaimu jika kamu memilihku yang baru kamu kenal tidak lebih lama darinya"

"Kamu tidak tahu apa-apa tentang aku dan dia"

"Maksudmu?"

"Yang kurasakan padanya berbeda dengan yang kurasakan padamu. Dia selalu berjuang dan berusaha untukku bisa mencintainya. Entahlah harus kusebut apa perasaan ini, sebatas kagum ataukah simpati? Yang jelas aku tak merasakan ini sama seperti yang kurasakan padamu."

"Bagus kan? Jika dia berjuang untukmu bisa mencintainya, kau akan selalu dibahagiakannya tak mungkin dia akan menyakitimu"

"Tapi aku tak ingin menyesal" 

"Apa maksudmu?"

"Aku tak ingin seperti ibuku merelakan orang yang dicintainya karena lebih memilih orang yang berjuang mendapatkannya" 

"Lalu apa salahnya?" 

"Semua pria itu sama saja. Berjuangnya hanya di awal, setelah mendapat apa yang dia mau kemudian akhirnya ditinggalkan" 

"Tidak semua pria seperti itu. Aku bagian dari mereka, jadi aku tahu seperti apa mereka. Kamu hanya mengenal beberapa jadi jangan menghakimi bahwa itu mewakili semuanya. Jika kamu beruntung kamu akan menemukan yang terbaik. Dan mungkin saja salah satunya dia yang kini menjadi kekasihmu"

"Kenapa kamu bersikeras?" 

"Apa?" 

"Kenapa kamu bersikeras aku harus hidup dengannya"

"Karena dia mencintaimu" 

"Maksudmu kau tidak mencintaiku?" 

Hening..........


"Haruskah kujawab?" 

".....Tak usah, sekarang aku tahu jawabanmu" 

"Kamu tahu, setelah kupikir lagi ibumu tidak salah memilih orang yang berjuang untuknya. Karena hubungan mereka wanita secantik kamu bisa lahir kedunia. Pasti hubungan kamu dengannya juga nanti akan menghadirkan anak-anak yang cantik dan lucu" 

"Mencoba untuk menghiburku?"

"Tidak" 

"Kenapa kamu tak bisa mencintaiku?" 

"......Karena jarimu"

Hening........


"Hmmm ya. Dia memberikanku kemarin sebagai simbol keseriusannya dengan hubungan kami. Jadi karena benda ini ya, kau berhenti dan tak ingin memperjuangkanku lebih jauh"

".............."

"Yah, mungkin karena aku wanita. Tugas kami dipilih bukan memilih dengan siapa kami akan menghabiskan hidup nanti. Dan dia memilihku yang saat itu tak punya pilihan lain. Terima kasih. Lega rasanya sudah jujur mengatakan ini padamu. Walaupun rasanya ada yang sesak disini"

"Kamu hanya butuh udara segar" 

"Yah, kau benar. Jadi setelah ini apa kau akan menjauhiku?" 

"Tentu saja. Aku sudah berjanji pada dia untuk tak menghubungimu lagi. Lagipula aku pria, pria tak pernah mengingkari janjinya"

"Lalu janji yang kau buat padaku?"

"Tenang saja. Aku akan pastikan kamu adalah pembeli pertama novelku ketika aku sudah menjadi penulis terkenal"

"Hahaha, ya sudah aku pergi ya. Baik-baik ya, terimakasih untuk semuanya selama ini. Jangan lupa minum obat dan pakai jaket kalau keluar rumah takut flumu tambah parah. Oh ya candaanmu tentang anak-anak yang cantik tadi lucu juga. Semoga hari-harimu menyenangkan dan bahagia selamanya. Mungkin tidak dengan hari-hariku nanti. Daaaaahh" 

.....................
.....................
.....................
.....................

"Huh dasar wanita, seenaknya saja bicara tentang memilih dan dipilih. Jika seorang pria harus memilih, aku akan memilih kebahagiaan dan masa depanmu." 



Akhirnya dua insan itu berlalu meninggalkan tempat itu. Sebuah saputangan putih tak sengaja jatuh dari saku sang pria, saputangan putih bernoda darah ditengahnya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Hanya manusia biasa. Tak memiliki hal istimewa ataupun yang di istimewakan..