"Gadis berjilbab merah jambu, apa kabar kamu..?"
Aku lupa sudah berapa lama waktu yang tak lagi kita gunakan untuk saling berbalas kata. Aku pun lupa sudah berapa banyak aksara yang tak lagi kita gunakan untuk saling bertukar sapa. Mungkin saat ini 'waktumu' sedang memusuhiku. Ia yang tak mengijinkan kita untuk bertemu. Kuyakin itu semua bukan inginmu. Ya kuharap begitu, 'waktumu' yang sedang membenciku. Bukan kamu..
Gadis berjilbab merah jambu. Ada apa dengan wajahmu? Kulihat kemarin senyum dan tatap mata itu tak lagi sama. Meski hanya dalam potret diri yang sengaja kau bingkai didepan beranda yang kau miliki. Namun disini bisa kulihat ada sesuatu yang berbeda, ada sesuatu yang berubah di sana. Adakah sesuatu telah melukaimu? Adakah sesuatu telah menyakitimu..?
Gadis berjilbab merah jambu. Maaf kalau sampai saat ini aku masih memperhatikanmu, memikirkanmu, bahkan masih menaruh hati kepadamu. Aku tak tahu kenapa. Padahal kamu jelas-jelas sudah menjauh dariku. Entah karena apa. Tapi jujur saja, beberapa minggu terakhir aku selalu dibayang-bayangi ingatan tentang kamu. Terlebih didalam mimpi. Mimpi yang berperan sebagai penguasa tidur pun seolah-olah berkonspirasi dengan ingatan untuk memunculkan cerita tentangmu. Tidak bisa diingat berlebihan tapi selalu cukup untuk membangun sebuah kenangan..
Gadis berjilbab merah jambu. Menurutmu ini apa? Salahkah jika aku menyebut ini rindu? Kalau ini rindu, ini adalah rindu yang ada pada sudut hati paling kelam. Hanya berani berteriak dalam diam. Aku tidak pernah berpikir bagaimana cara untuk meredakan rindu. Karena kurasa saat ini kamu pasti tak hendak bertemu denganku. Aku terpaksa hanya bisa membiarkannya tetap begitu, karena rindu ini tahu pada siapa ia tertuju..
Gadis berjilbab merah jambu. Kalaupun aku boleh menyimpulkan, ini sebenarnya adalah hal sederhana namun menjadi rumit ketika kita sibuk mendefinisikan bentuk dan bagaimana hal tersebut seharusnya terjadi. Dan hal itu adalah rindu untukmu.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar