Rabu, 08 Maret 2017

*..Balada Tuan Puteri..*

aku di belakangmu
"Kau atau aku yang mati saja bila harus seperti itu caraku untuk bisa melupakanmu. Kau atau aku yang mati saja bila harus seperti itu caraku untuk bisa melepaskanmu.. "
 
 
Bagaimana tuan puteri? Tak adakah pilihan lain yang lebih baik? Sebelum pisau yang sedang kugenggam ini akan kupakai untuk menikam. Entah aku atau entah kamu. Jangan kamu pikir aku tak tega untuk membunuhmu. Bukankah aku sekarang adalah makhluk yang tak mempunyai hati dan perasaan? Mestinya kamu sangat tahu itu, karena kamulah yang telah mencurinya dariku. Apa kamu lupa? Atau memang sengaja lupa? Kalau begitu maukah kamu, tuan puteri yang baik hati mengajariku untuk bisa lupa sepertimu.. 
 
 
Apa yang harus aku lakukan tuan puteri? Beri aku jawaban dan kepastian, jangan diam! Aku akan menuruti segala perintahmu. Bukankah kamu adalah tuan puteri yang harus ku hormati, dan aku hanyalah hambamu yang selalu setia mengagumi. Jangan kamu pikir aku tak berani untuk membunuh diriku sendiri. Bukankah sudah kubilang aku adalah hambamu yang paling setia? Mestinya kamu sangat tahu itu, karena akulah yang selalu ada disisimu sepanjang waktu. Apa kamu lupa? Atau memang sengaja lupa? Kalau begitu maukah kamu, tuan puteri yang baik hati mengajariku sekali lagi untuk bisa lupa sepertimu.. 
 
Tuan puteri, maaf jika aku lancang berbicara seperti ini kepadamu. Aku tak bermaksud untuk menyinggung perasaanmu yang terkadang tak ku mengerti dan penuh dengan teka-teki. Seperti labirin yang tak memiliki ujung, yang akhirnya membuatku bingung karena disana ku telah lama terkurung. Terkurung dalam waktu yang tak terhitung. Tak ku temukan pintu keluar dalam hatimu. Yang ada hanya abu-abu. Ya, abu-abu. Bisu dan ragu. Kenapa harus abu-abu? Kenapa tak hitam sekalian? Agar aku tak bisa melihat apa-apa, agar aku tak bisa merasakan apa-apa.. 
 
 
Oh ya, tuan puteri. Bagaimana kabar pangeran kesayanganmu? Baik-baik saja kan? Kuharap tidak. Jangan kamu pikir aku jahat, tuan puteri. Mestinya kamu sangat tahu, aku adalah hambamu yang paling setia. Aku tahu pangeran kesayanganmu itu adalah sosok paling sempurna di dunia. Jika tidak sempurna, mana mungkin kamu tuan puteri yang baik hati mau memilihnya menjadi pendampingmu kan? Ya, ia sempurna dan aku akui itu. Ia memiliki segalanya, lebih dari yang hamba setiamu ini punya. Karena yang setia akan kalah dengan yang sempurna. Bukankah begitu hukum semesta? Tapi maaf, dengan berat hati aku akan katakan kejujuranku padamu tuan puteri. Kamu tak pantas berada disampingnya, pangeran yang sempurna. Kenapa? Hei berkacalah tuan puteri, kamu bukanlah sosok sempurna seperti dia. Kamu memang baik, tapi bukankah baik saja tidak cukup? Kamu juga harus cantik. Lihat baik-baik dirimu, tuan puteri yang suka menangis apakah terlihat cantik? Terlebih kamu selalu memasang wajah menangismu itu ketika di dekatku. Pernahkah kamu berpikir betapa kecewanya perasaan sang pangeran ketika melihat wajah menangis jelekmu itu? Wajah yang malah terbiasa kulihat darimu.. 
 
 
Jujur walau aku lelah dan walau dengan susah payah, tapi aku ingin selalu berada di sampingmu sepanjang waktu. Berusaha menjadi pelindung dan pendengar yang baik, untukmu tuan puteri yang baik. Tapi itu dulu, sebelum surat pengunduran diriku kuserahkan padamu. Bukan karena lelah dan luka ku selama ini yang jadi alasanku untuk pergi. Aku tak pernah menyertakan keduanya ataupun alasan lainnya yang membuatku memilih untuk pergi dari sisimu, tuan puteri. Bukankah hanya ada secarik kertas kosong yang kuserahkan padamu dulu. Mungkin tak ada alasan untukku pergi darimu, sama seperti pertama aku datang padamu dulu. Tak ada alasan. Lalu? Ya, aku tak punya alasan. Tapi kamu yang punya alasan itu, maka sengaja kuserahkan kertas kosong itu padamu. Tulis sendiri alasanmu disana. Jika suatu saat kamu bersama waktu kembali menemukanku. Percayalah aku masih sama seperti dulu. Hambamu yang paling setia mengagumimu.. 
 
 
Dan untuk sekarang biarkan aku menyibukkan diri, merangkai bunga dari pecahan kaca yang kutemukan di sepanjang langkah kaki ini berjalan melewati hari. Jangan pikirkan luka yang akan kuterima dari pecahan kaca di jari-jari hambamu ini. Karena percayalah, merangkai bunga dari pecahan kaca ini lebih mudah daripada merangkai hati yang telah mati..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Hanya manusia biasa. Tak memiliki hal istimewa ataupun yang di istimewakan..