"Haruskah aku menutup buku yang sebenarnya belum
habis aku baca? Haruskah aku berhenti membaca buku yang sebenarnya sama
sekali tak pernah aku mengerti isinya..?"
Aku
lelah. Ya, seharusnya aku menjadikan lelah ini sebagai alasan. Alasanku
untuk menutup dan berhenti membaca buku ini untuk selamanya. Ya,
seharusnya aku berikan buku ini pada dia yang lebih mengerti dengan
isinya..
Aku lelah untuk belajar sesuatu
yang tak pernah aku pahami. Seperti cerita dalam buku ini. Semuanya
rumit, penuh dengan kata dan bahasa yang tak ku mengerti. Dan hanya ada
dua kata yang aku mengerti dari buku ini. 'Aku' dan 'Kamu'. Apakah dua
kata itu saja tak cukup untuk ku bisa mengerti isi buku ini..?
Sudahlah,
tak perlu perdebatkan seberapa bodohnya aku. Hingga dari sekian banyak
kata hanya dua kata itu saja yang aku mengerti. Aku memang seperti ini.
Pemahamanku dan pemahamanmu tentang sebuah cerita memang berbeda. Kamu
yang memang dapat menilai cerita dalam buku itu indah atau tidak dengan
cara membaca kata per katanya huruf per hurufnya. Sedangkan aku hanya
butuh 'aku' dan 'kamu' untuk menilai setiap cerita yang aku baca. Karena
akan terasa percuma indahnya sebuah cerita, jika tak ada 'aku' dan
'kamu' di dalamnya. Mengerti..?
Jadi
kesimpulannya, apakah cerita dalam buku ini indah dan menarik? Tanpa
ragu aku akan jawab, tentu saja. Karena aku menemukan dua kata itu di
dalamnya. Hanya saja aku tak mengerti kata-kata lainnya, yang hampir
saja membuat salah satu dari dua kata itu tak terlihat. Ya entah kenapa
kata 'aku' di dalam buku ini terlihat lebih kecil dari kata-kata
lainnya, kata-kata sepeti 'dia' atau 'mereka'. Begitu tak pentingnya kah
peran 'aku' dalam cerita di buku ini..?
Terkadang
kita butuh sebuah persamaan yang bisa mendeskripsikan kita untuk
menyukai sesuatu. Seperti lagu-lagu yang kita sukai hanya karena bisa
menggambarkan perasaan yang sedang kita rasakan. Seperti orang-orang
yang kita sukai hanya karena bisa mengerti keadaan yang sedang kita
hadapi. Lalu bagaimana cara kita menyukai sebuah buku yang sedang kita
baca? Haruskah ceritanya sama dengan cerita kita di dunia nyata? Jika
seperti itu untuk apa kita membacanya sampai akhir jika kita sudah tahu
jalan ceritanya seperti apa..?
Dan harus
aku akui, aku menyukai buku ini hanya karena ceritanya sama dengan
ceritaku. 'Aku' dan 'Kamu' di dalam buku ini sama dengan kita, aku dan
kamu di dunia nyata. Ketidakjelasan dalam cerita ini sama dengan
ketidakjelasan hubungan kita. Dan kini aku telah sampai di sepertiga
halaman akhir, hanya tinggal beberapa halaman lagi untukku menyelesaikan
cerita dalam buku ini. Namun ada sesuatu yang mengganggu diriku, aku
tak ingin mengetahui seperti apa akhir cerita dalam buku ini..
Aneh.
Aku yang mengatakan bahwa buku ini menarik tapi tak ingin membaca buku
ini sampai akhir. Sederhana saja, aku tak ingin akhir cerita dalam buku
ini mempengaruhi akhir cerita kita di dunia nyata. Akhir yang bahagia
hanya akan melambungkan harapku lebih tinggi dari yang seharusnya. Akhir
yang tak bahagia hanya akan menjatuhkan mimpiku lebih cepat dari yang
semestinya..
Untuk sementara akan kusimpan
buku ini bersama tumpukan buku-buku lainnya yang tak pernah habis aku
baca. Mengenai akhir cerita kita biar saja waktu yang akan
menjelaskannya. Meski saat ini Semesta menyuruh waktu untuk tak adil
padaku. Ia membuat waktu terasa cepat berlalu saat aku berada dekat
denganmu, dan ia membuat waktu terasa lambat berjalan saat aku berada
jauh darimu. Dan saat itu terjadi mungkin aku butuh buku lain untuk aku
baca, sebagai cara mengusir rasa bosan yang tercipta saat menunggu
hadirmu. 'Kamu' tokoh utama dalam ceritaku..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar