Kepada senja yang pernah menertawakan air mata,
kusampaikan maaf karena aku harus beranjak. Bukan karena tak setia, tapi
karena matahari sudah tenggelam. Apakah aku harus tetap menunggu sampai
detik terakhir, sampai senja berakhir lagi seperti kemarin-kemarin?
Menolak lagi hadirnya sang malam. Meski nyatanya yang aku tunggu tak
pernah datang..
Kepada senja yang juga pernah ikut menangis, kusampaikan rindu yang masih mengendap. Mengerjap. Bersembunyi di balik jingga yang meredup. Malam telah datang. Tapi tak bolehkah aku masih menyimpan secuil rindu untuknya? Seperti kemarin. Seperti ribuan senja sebelum ini. Saat aku terduduk menatap persimpangan jalan. Meski akhirnya yang aku rindu tak pernah sadar..
Dan malam telah datang. Aku harus beranjak. Tapi burung-burung itu baru saja mengabariku, ia akhirnya akan datang. Tapi sayang, aku harus beranjak. Meninggalkan persimpangan jalan. Ya, karena malam telah datang. Malam telah datang. Tolong sadarkan aku, bahwa malam telah datang. Dan aku harus beranjak. Mengubur jingga dan harapan..
Kepada senja yang juga pernah ikut menangis, kusampaikan rindu yang masih mengendap. Mengerjap. Bersembunyi di balik jingga yang meredup. Malam telah datang. Tapi tak bolehkah aku masih menyimpan secuil rindu untuknya? Seperti kemarin. Seperti ribuan senja sebelum ini. Saat aku terduduk menatap persimpangan jalan. Meski akhirnya yang aku rindu tak pernah sadar..
Dan malam telah datang. Aku harus beranjak. Tapi burung-burung itu baru saja mengabariku, ia akhirnya akan datang. Tapi sayang, aku harus beranjak. Meninggalkan persimpangan jalan. Ya, karena malam telah datang. Malam telah datang. Tolong sadarkan aku, bahwa malam telah datang. Dan aku harus beranjak. Mengubur jingga dan harapan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar