Rabu, 11 Februari 2015

*..Selamat Ulang Tahun (Aku)..*





Malam ini aku terbangun dari lelapku. Tak seperti biasanya kurasa..
 
Seakan ada beban berat yang menimpa dadaku sejak tadi pagi. Aku menoleh ke kiri, mataku menyesuaikan keadaan yang masih sedikit samar dan gelap di dalam ruang sempit yang cukup hangat. Mencari-cari keberadaan sebuah benda yang menjadi sumber dari suara-suara halus yang selalu memecah kesunyian malam. Ya, detik jarum jam dinding. Dan saat mataku berhasil menangkap siluet jam itu, aku menajamkan penglihatan dan ternyata masih jam 0.12 malam..
 
Aku tidak beranjak dari tempatku berbaring. Jujur, aku masih berkutat dengan rasa capek dan kantuk. Bagaimana tidak? Pekerjaan tadi siang membuat aku harus meninggalkan tulang-tulangku di suatu tempat. Dan sekarang untuk sekedar berdiri pun aku sudah tak sanggup. Oke, baiklah aku akui itu hanyalah sebuah alasan karena sebenarnya aku ini sedang malas. Ya, hanya malas. Kemudian tanganku meraih kotak bercahaya yang ada di samping tempat tidurku, tertulis tanggal 30 Januari dan tak ada pesan tertulis disana. Aku menaruh kotak bercahaya itu kembali ke tempatnya semula dan aku memejamkan mata. Aku benci saat-saat seperti ini, pikirku dalam diam..
 
Tak berapa lama kemudian aku berusaha untuk duduk, walau badan masih terasa lemas dan malas. Serasa ingin bersembunyi dalam gelap dan kembali terlelap. Bermimpi! Siapa tahu Tuhan sedang berbaik hati untuk mempertemukanku dengan dia di dalam mimpi? Dia yang berbeda, dia yang tersenyum padaku, dia yang menggenggam hatiku, dia yang mengatakan terimakasih dengan begitu sederhana..
 
Tiba-tiba hujan turun, membuyarkan lamunan. Aneh sekali, hujan kembali turun. Padahal beberapa jam yang lalu hujan jualah yang menuntun langkahku menuju lelap. Ah tak apalah, mungkin hujan sedang ingin menemani. Terima kasih langit, kau memang yang paling mengerti. Kau tak pernah terlambat memberikan hadiah itu padaku. Sebuah hujan. Ya hujan berhasil membuatku meninggalkan kotak bercahaya dan pena itu tergeletak di depan sebuah bingkai kaca. Di depan bingkai kaca yang dengan jelas masih menampilkan siluet gambar seseorang yang sedang mengenakan jilbab merah muda. Langit, engkau tak akan menemukan bidadari secantik itu diantara bidadari-bidadari lain yang kini tinggal di istanamu, pikirku sebelum kembali beranjak pergi ke dalam mimpi..
 
Saat aku terbaring, secarik kertas terjatuh tanpa aku sadar. Secarik kertas kecil yang tadi aku tulis dan letakkan di depan sebuah bingkai..
 
"Jika nanti aku berusaha untuk melepasmu, itu keputusanku. Jangan khawatirkan jika nanti aku kecewa. Karena itu memang keputusanku. Dan jika memang itu terjadi, aku sendiri yang akan merasakan rasa kecewa itu. Bukan kamu, dia, atau mereka. Kamu sendiri kan tahu, kini aku telah berbeda. Aku telah belajar tersenyum saat kecewa. Karena aku lelaki tiga puluh januari yang tak lagi sama.."
 










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Hanya manusia biasa. Tak memiliki hal istimewa ataupun yang di istimewakan..