Selasa, 18 November 2014

*..Beranda Kecilmu..*


Mentari senja telah menyinari dan mengiringi perjalananku. Menembus jingga, mengurai asa. Memang kuakui rasa yang dulu pernah ada, hingga hari inipun masih ada. Walau tak sebesar ketika kau dan aku ada pada suatu masa dan cerita yang sama. Hanya saja keenggananku untuk mengulang luka dan cerita lama, menjadikanku teriakan tanpa suara dan perjalanan tanpa asa..



Mungkin nanti setelah kau benar-benar pergi aku akan lebih sering menyempatkan diri untuk menoleh dan mampir sejenak di beranda kecilmu. Mungkin akan lebih sering dari yang selama ini biasa aku lakukan. Bukan hanya sekedar ingin tahu kabarmu tetapi juga ingin menyicil rindu. Aku yang selalu hanya bisa menganalisa keadaanmu lewat beberapa baris kalimat yang selalu kau tulis disitu..

Dan ini adalah salah satu usahaku untuk melepas pergi rindu yang selalu datang mengganggu dengan cara yang tak kau tahu. Walau pada akhirnya justru rindu itu yang mungkin akan kembali akrab mengisi setiap akhir senjaku. Tapi entahlah, yang aku tahu saat ini aku hanya bisa seperti ini. Seperti yang pernah aku bilang kau sebenarnya dekat tapi aku tak punya alasan untuk lebih mendekat. Mungkin lebih baik seperti ini, hanya diam dan melihatmu dari sudut yang tak terlihat..

Ya, setidaknya nanti aku akan sedikit tahu keadaanmu dari tulisan di berandamu, padahal mudah saja menanyakan padamu tentang kabar yang ingin aku tahu, tapi siapakah aku ini? Untuk apa mengirim pesan singkat yang justru kau balas dengan yang lebih singkat atau lebih tepatnya yang sering kau abaikan dan kau hapus setelah beberapa detik kau lihat. Adakah cara yang lebih mudah untuk hanya sekedar mengetahui kabarmu..?

Bukannya tak mau lagi menyapa apalagi bertanya, hanya saja ada perasaan ragu yang mungkin lebih tepat bila ku sebut itu takut. Takut lebih merindukanmu, takut lebih menyukaimu, takut lebih menyayangimu, takut jika aku mengganggumu, takut jika kau lebih memilih menjauh, takut jika rindu ini diabaikan, dan terlebih takut menerima kenyataan tentang rindu yang ternyata hanya sepihak. Ya mungkin benar, itulah aku..

Itulah aku lelaki pengecut yang hanya berani menikmati indahmu dari belakang punggungmu. Itulah aku yang tak hentinya menyelipkan namamu disela doaku agar kelak kau dapat menemukan bahagiamu. Itulah aku yang selalu menunggu sebuah kebetulan yang berujung pada pertemuan. Itulah Aku yang tak ingin terlalu jauh namun juga tak ingin terlihat menjadi sosok yang begitu mengganggu. Itulah aku yang selalu ingin melihatmu tersenyum sekalipun senyuman itu bukanlah untukku. Itulah aku lelaki yang hanya mampu mengagumimu dengan berbagai cara sederhanaku. Dan Itulah aku yang selalu menginginkan kemungkinan menjadi kenyataan atau setidaknya kebetulan yang berkepanjangan..

Sungguh keadaan ini tidak pernah ku minta padaNya, Semesta yang telah menuliskan takdir kita sebelum kita lahir di bawah langitNya. Walau sepengetahuanku, kau yang memulai agar keadaan ini ada padaku, namun aku yakin bahwa Semesta punya cara sendiri agar kau dan aku tertawa bersama meski dengan alasan yang berbeda tanpa harus mengulang luka yang pernah ada..

Demi masa dan luka yang pernah ada, perjalananku mungkin akan berakhir menjadi yang terakhir. Dan bilapun memang harus berakhir sekarang, saat ini, detik ini, di tempat ini maka aku akan bahagia untuk asa dan rasa yang pernah ada, tanpa harus mengulang luka yang sama..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Hanya manusia biasa. Tak memiliki hal istimewa ataupun yang di istimewakan..